Happy Valentine, sayangku

 


Selamat pagi, sayangku. 

Ku harap tulisan ini akan kau baca dengan perasan berbunga-bunga sama seperti ketika aku menuliskannya pagi ini - tentu saja, secara rahasia. Kau masih tertidur lelap setelah semalaman penuh menghabiskan waktu di depan komputer dengan wajah suntuk. 

Ketika sibuk menjadi duniamu, aku tahu ini saat yang tepat untuk mengambil jarak sehingga kau membenamkan diri dalam kerumitan dan seperti biasa aku duduk di sofa kesayangan kita, memandangmu dan terus jatuh cinta. Kau tidak suka diganggu ketika bekerja, aku tahu. 

"Harus segera selesai, sayang. Sudah berapa kali kau ketiduran di sofa menungguku sepanjang malam. Kita harus pergi tidur di waktu yang sama" katamu suatu waktu.

Kini garis-garis waktu sudah mulai timbul di wajahmu, wajahku juga. Bahkan kemarin kita masih sempat tertawa terbahak-bahak karena ada satu rambut putih muncul di kepalamu. Kau tertawa terharu, mengulas kembali waktu yang sudah lama kita habiskan bersama. Sepertinya konsep tumbuh dan tua adalah kata yang tepat sekali untuk menggambarkan kita sekarang. 

Tidak pernah ada yang bisa benar-benar menebak atau sekedar mendapatkan sinyal darimana cinta itu datang. Saat bertemu, beberapa tahun yang lalu kita berdua sudah ada dalam keadaan yang menjadikan cinta bukan lagi soal getaran tapi kepercayaan. Kita berdua cukup lelah untuk menjadi pemburu cinta. Kita makin tua, pekerjaan memaksa kita untuk terus duduk dan terkurung, kita putus asa lalu berkenalan tanpa sengaja dan menjadi teman. Iya, teman. 

Tidak ada yang istimewa sebenarnya, semua berawal dari pertemanan. Aku juga tidak pernah berusaha untuk membentuk perasaan atau sekedar menciptakan skenario sebelum tidur seperti yang dulu-dulu ku lakukan, semuanya berjalan begitu saja. Bahkan untuk sekedar khawatir kau pergi saat itu pun tidak sama sekali. 

Tempat makan pinggir jalan, bioskop, tempat kerjaku, tempat kerjamu, pantai, pasar, tukang ikan, kafe adalah saksi dari kisah pertemanan kita. Semuanya begitu sederhana, aku menyukainya. Kau juga menyukainya, sebenarnya ini menghemat waktu jadi kita lebih banyak berbincang daripada sibuk menentukan tempat makan. Kita terlalu tua untuk kencan-kencan romantis penuh persiapan. Mengingat ini senyumku jadi tak putus-putus. 

Di tahun ketiga pertemanan kita, aku kemudian jatuh sakit sehingga harus dirawat berhari-hari di sebuah rumah sakit. Saat itu aku menyadari kau menjadi lebih sibuk dari biasanya, kantormu bahkan berpindah di kamar rumah sakit. Kau membawa setumpuk berkas dan laptopmu kesana. Katamu, baiknya bekerja bersama orang sakit. Aku perlu diawasi agar tidak teledor, jam makan kok dilupakan. Berhenti membuat tubuh seperti orang sakti. Saat itu aku tertawa karena orang sakti bagiku dukun. 

Malam-malam sibuk di rumah sakit, ketika ku lihat kau macam penyelam amatir di laut lepas yang terbenam bersama tumpukan kertas tak habis-habis, ku putuskan untuk tidur duluan. Toh, aku pasien disini. Entah karena kau tidak peka, bagimu aku sudah terlelap. Lalu, pelan-pelan kau menarik kursi dekat ranjangku dan mulai berbicara. 

Awalnya tentu saja soal betapa keras kepalanya aku, bandelnya aku, rumitnya diriku, isi kepalaku yang liar, betapa sulitnya aku dikendalikan (ini jahat sekali, aku bukan tenaga dalam haha) dan betapa menariknya aku. Ada beberapa kalimat lanjutan sebenarnya tapi otakku ini tidak bisa menyerap atau bahkan mengingat atau mendengar kalimat lain dari mulutmu selain - aku cinta kamu. AKU. CINTA. KAMU. 

Tidak bisa menahan diri, aku langsung membuka mata dan menemukan matamu yang ternyata melotot sebagai bentuk ekspresi kaget karena ternyata aku belum tidur. Tawaku pecah dan kau cemberut lalu berbicara dengan nada naik turun dan mulai merengek tentang aku yang menipumu karena ternyata belum tidur. Tapi aku cuek saja, toh sudah terlanjur. Lalu kenapa pula harus malu? Jatuh cinta bukan dosa. 

Kau selesai berbicara, lalu diam mulai masuk ke ruangan itu. Kita bertatapan, aku tentu saja berani menatapmu tapi kau sibuk membuang pandangan kemana-mana. Terlalu gugup. Lalu atas dasar misi menyelamatkanmu dari rasa canggung itu, maka aku berdiri dari tempat tidur dan memelukmu seraya mengatakan 

"Terima kasih. Aku juga mencintaimu" - ah, akhirnya ku katakan juga. Matamu berkaca-kaca, tapi bagiku kau tampan sekali malam itu. Jadi ini rasanya jatuh cinta (lagi)?

Maka, dari sudut-sudut rumah sakitlah cinta kita bersemi. Kita berdua sudah terlalu lama menipu diri masing-masing dan membangun ego yang besar atas nama pertemanan. Kita menjadi penakut, tapi tidak dengan malam itu. 

Maka sejak saat itulah, semuanya berjalan begitu cepat. Lalu sampailah pada hari-hari ketika wajahmu adalah hal yang pertama kali ku lihat ketika bangun tidur. Kau hadir dalam setiap sarapan yang kita habiskan tiap pagi, susu hangat yang ku minum ketika lembur, pijitan enak ketika aku sakit kepala, tempat ku menangis ketika aku merasa buntu, pelarian terbaik untuk bersembunyi, tubuh yang hangat untuk ku peluk di hari-hariku yang dingin, tentu kau juga masih jadi temanku untuk menonton film absurd, teman berdebat, teman bergadang, teman memasak walaupun tentu kau lebih hebat. Kemampuan ku soal masak seharusnya tidak perlu ditanyakan. Payah. Tapi kau jarang protes, ini yang aneh. Semua makanan bak racun itu selalu berhasil kau temukan lezatnya. Maaf yah bukan hanya aku yang aneh tapi makananku juga. 

Terima kasih sudah menemaniku selama ini. Memberikanku keyakinan bahwa cinta hanya perlu waktu dan orang yang tepat. Bahwa cinta memang butuh ukuran yang harus benar, bahwa menyelesaikan cinta dengan logika juga bisa diterima. Cinta juga banyak bentuknya. Terakhir, bahwa cinta sebenarnya hanya perlu berani jatuh dan berani sakit hati. Untungnya, kisah kita tidak. 

Terima kasih sudah mencintaiku sebanyak ini. Saat melihat diriku di cermin, aku selalu menemukan dirimu didalamnya, sehingga aku yakin kau begitu mencintaiku. 

Selamat bertambah tua untuk kita. Oh iya, surat ini harus ku akhiri. Hari ini giliranku untuk membuat sarapan. Sebentar lagi kau juga sudah bangun dan mulai mencariku. Jadi suratnya ku tutup sampai disini. 

Aku mencintaimu selalu dan selamanya. 

Happy valentine, my love!

Comments