Judul
Buku : Ketika Lampu Berwarna Merah
Penulis : Hamsad Rangkuti
Negara : Indonesia
Genre : Sosial
Halaman : 228 Halaman
Tahun : 2016
Penerbit : Diva Press Group
Hallo
temans, i am back!
Apa
kabar kalian semua? Sehat selalu yah, oh iya btw hari ini saya daftar sidang
skripsi. Mohon doanya yah, semoga lancar ujiannya nanti dan segera menyandang
status S.I.Kom, karena status menjadi istri mas-nya masih jauh di angan-angan.
Oke.
Skip!
Let’s
started!
Sebelumnya
berdasarkan info yang sayacari di internet melalui GOOGLE *ofcourse, Hamsad
Rangkuti merupakan salah satu penulis yang bisa juga dikatakan sebagai
sastrawan di Indonesia. Banyak sekali karya nya yang begitu menarik untuk
dibaca, sayang nya media publikasi mengenai buku-bukunya kurang. Sayasempat
juga cari informasi terakhir mengenai beliau lewat instagram (dan ternyata ada)
tapi terkahir di update sekitar setahun lalu.
Selanjutnya,
saya juga sempat cari informasi berita-berita mengenai beliau dan ternyata
beliau sedang sakit. Mari kita doakan semoga beliau cepat sehat dan SAYABISA
BERTEMU DENGAN BELIAU.
Ini
serius deh masuk pembahasan novelnya!
Secara
garis besar buku ini menceritakan mengenai kehidupan saudara-saudara kita yang
tinggal di kolong jembatan, menjadi seorang pengemis dan pengamen. Lalu ada
banyak kisah soal bagaimana mereka menjalani kehidupan untuk bertahan hidup,
strategi dalam menjadi pengamen, persahabatan, cinta, nafsu bahkan soal
keluarga semuanya menjadi satu disini.
Jujur!
Buku ini sempat buat saya galau dan ngambek untuk tidak lanjut membaca karena cerita
yang sebenarnya saya belum siap. Jadi seperti bom waktu. Misalnya ketika mereka
lagi bahagian ikut dangdutan ternyata kericuhan terjadi dan salah satu dari antara
geng sahabat ini harus ada yang meninggal, tapi sahabatnya tidak tahu sama
sekali.
Ceritaya
begitu dekat dengan kita. Sebagai pembaca sekali lagi saya katakan bahwa
seorang Hamsad mampu mengajak saya untuk ikut bermain, masuk dan menjadi setiap
tokoh yang dia tulis. Bahwa mereka semua benar dan nyata adanya, dan semua hal
yang sedang dia jelaskan itu terjadi di depan kedua mata kita.
Hamsad
begitu detail menyampaikan setiap hal yang terjadi, misalnya pakaian dengan
manik atau corak tertentu, gaya tidur, posisi tangan bahkan sebuah kaki buntung
yang kesannya mengerikan tersampaikan dengan baik. Baik situasi dan kondisi
yang terjadi dalam sebuah kejadian. Beberapa kali saya menemukan sebuah
gambaran yang begitu sempurna akan sebuah keadaan. Debu dari abu dapur
diceritakan dengan begitu sempurna sampai seperti ada di depan mata kita.
Kedua!
Buku ini punya jalan cerita yang pastinya akan buat kita sebagai pembaca sudah
terkesan sombong, dan itu terjadi pada saya. Kita punya banyak dugaan dan yakin
kalau akan terjadi seperti itu, lalu akhirnya diajak main-main dengan cerita
sampai bosan dan akhirnya tujuan dari cerita ini menjadi berbeda. Lalu kita
akhirnya merasa malu karena hasilnya tidak seperti yang kita duga. Plos twist,
sodara-sodara.
Ketiga!
MENEGANGKAN! KHUSUSNYA DI AKHIR CERITA. Bagaimana sebagai pembaca saya begitu
terpancing emosi dengan adegan dimana si anak tidak mau pergi kalau temannya
tidak ikut. Temannya ini punya adik, dia tidak mau pergi kalau adiknya tidak
ikut. Sementara adiknya tidak mau ikut dan memilih untuk bersama
teman-temannya. FOR GOD SHAKE saya begitu kesal dan mengutuk adegan itu. Bukan
tanpa sebab, soalnya ibu dari si anak sedang menunggu di pelabuhan karena waktu
mereka berangkat meninggalkan Jakarta sudah dijung tanduk, tapi di belahan
Jakarta lainnya suami dan anaknya masih bermain drama. Untungnya berhasil kembali
ketemu, kalau tidak benar-benar saya akan ngambek dengan buku ini.
Keempat!
Bahasa yang diguanakan dalam buku ini ringan dan mudah di cerna karena ini
cerita soal hal yang ternyata dekat dengan kita. Setiap hari kita lihat apalagi
kalau tinggal di Jakarta ini. Kita diajak untuk berpikir dan hidup sebagai
orang-orang yang sibuk menodongkan tangan ke kaca-kaca mobil. Berpikir
sebaliknya dan kembali membaca situasi yang terjadi dari dua arah.
Sekian
dulu review hari ini temans. Buku ini kemarin saya beli di BBW, kurang tahu
kalau dibeli secara online. Tentu saja harganya berbeda ketika beli di online
dan BBW yah. Belum saya cari juga di penjualan online, semoga saja ada.
Buku
ini wajib masuk dalam list baca buku kalian karena akan membuka pemikiran
kalian yang mungkin saja masih melihat
kenyataan hanya dari dalam mobil berkaca film.
Untuk
lebih dekat dengan saya dan sekedar bertukar pesan, bisa langsung kirimkan
pesan lewat instagram : @akumeylisa dan Facebook : Meylisa Sahan.
Semoga
review kali ini bermanfaat! Jangan lupa baca buku hari ini.
Salam
sayang,
Meylisa
Sahan

Comments
Post a Comment