Judul
Buku : Garis Waktu
Penulis : Fiersa Besari
Negara : Indonesia
Genre : Cinta, Sosial, Persahabatan
Halaman : 211 Halaman
Tahun : 2016
Penerbit : Mediakita
Hallo
temans, i am back!
YEAY!!!!
AKHIRNYA!!! REVIEW BUKU TERCINTA!
Baik. Mari kita buat
lagi perjanjian sebelum saya melanjutkan review ini karena mungkin tulisan ini
akan mengandung ungkapan rasa kagum saya akan sosok Fiersa Besari, cuz I’m your
big fan.
Mari kita mulai!
Siapa yang tidak kenal dengan Fiersa Besari?
Fiersa Besari
merupakan salah satu penulis novel yang juga merupakan musisi di Indonesia. Adalah
Kerabat Kerja X Fiersa Besari merupakan nama dari band tersebut. Nah,
sebenarnya berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari internet, buku
pertamanya sudah pernah beredar namun dengan sampul yang berbeda dan belum
tersebar atau begitu terkenal. Namun, setelah beergabung dengan penerbit
mediakita buku Fiersa akhirnya menjadi terkenal dan kalau bisa dibilang masih
menjadi buku terpopuler di Indonesia.
Buku Garis Waktu
merupakan buku karya pertama Fiersa yang terbit dengan sampul baru berwarna
putih pada tahun 2016. Secara cover, ini tentu menarik yah bagi saya. Warna
putih dan ada tambahan gambar foto-foto polaroid yang digantung sepertinya
sudah cukup mewakili kata ‘waktu’.
Kedua, bagi saya
as a person buku ini begitu dekat dan intim dengan pembaca. Tulisannya
seolah-olah merupakan hasil pemikiran dan juga jalan cerita yang sebenarnya
juga terjadi dengan penulis. Semuanya terasa begitu mengalir. Saya juga
menyukai bagaimana si tokoh utama menceritakan cara dia jatuh cinta dan
mencintai tokoh wanita dalam buku ini. Sederhana dan mengigit. Seolah-olah dia
bukan hanya menawarkan satu bumi tapi satu semesta. Sehingga muncul pemikiran
“gila, gue juga pengen diginiin sama cowok”.
Ketiga, bukan
hanya soal cinta saja. Dalam buku ini kita bisa melihat sudut pandang si tokoh
utama menceritakan mengenai hubungannya dengan keluarga, orang yang dicintai,
apa yang di suka, lingkungan , kehidupan dan masyarakat. Jadi semuanya
bercampur aduk tapi tersusun. Soal penyusunan ini tentu saja menarik menurut
saya, semua tulisan yang ada dalam buku ini disusun berdasarkan bulan dan
tahunnya sehingga rasa mengalir itu sepertinya hadir tanpa disadari.
Keempat, buku
ini juga seperti mengajarkan bahwa tulisan yang baik dan benar itu memang
diperlukan. Namun, tidak pernah ada batasan yang pasti mengenai kata indah dan
kata biasa saja. Semua kalimat bahkan kata menjadi begitu indah, tergantung
pada kejujuran dalam setiap kalimat yang dibuat. Maksudnya jika si tokoh
pertama berhasil meceritakan segala sesuatunya menjadi begitu intim itu karena
ada selipan perasaan dalam setiap kata yang dibuat. Walaupun ada beberapa
kalimat yang berhasil membuat saya harus membacanya beberapa kali. Well,
lupakan itu. Bukannya tugas kita sebagai pembaca adalah berusaha untuk megerti
sudut pandang si penulis kan? Iya begitu.
Kelima, pesan
moral dalam buku ini adalah luka dalam hati seseorang sebenarnya bisa saja
sembuh. Ini hanya soal apakah kita siap untuk menjadi sembuh dan memaafkan
keadaan. Mengobati diri sendiri dan berusaha untuk tidak membuat luka baru.
Nah temans, jika
sebagai pembaca kalian menginginkan bacaan yang ringan tapi mendalam buku ini
benar-benar bagus. Selain itu, semua kalimat dalam buku ini bisa dijadikan quotes.
Asal, jangan lupa sertakan nama penulisnya yah!
Sekian dulu
review dari aku. Buku ini masih mejeng di toko buku, baik yang offline ataupun
online. Tinggal pilih karena saya jamin setelah baca buku, kalian akan
ketagihan untuk baca buku yang kedua dan seterusnya. Bukunya mudah sekali untuk
ditemukan, jadi jangan sampai kalian lewatkan yah!
Semoga review
kali ini bermanfaat.
Salam sayang,
Meylisa Sahan (@akumeylisa_)

Comments
Post a Comment