Hallo
temans, i am back!
Apa
kabar kalian semua? Semoga dalam keadaan baik-baik saja yah.
Hari
ini, sesuai dengan judulnya saya akan memberikan review serta pengalaman saya selama
menonton film Dua Garis Biru beberapa waktu lalu. Tapi, sebelum jauh berbicara
soal filmya, hal yang perlu saya luruskan adalah
‘REVIEW YANG SAYA BUAT
INI BERDASARKAN PANDANGAN PRIBADI HASIL DARI MENONTON FILM DUA GARIS BIRU’
And, let’s jumped to
the review!
Film
ini menceritakan dua orang remaja yaitu Bima dan Dara yang merupakan sepasang
kekasih dan masih duduk di bangku SMA. Suatu hari, mereka berdua nekat
bersenggama di luar nikah. Dara akhirnya hamil dan mereka berdua kemudian harus
berhadapan dengan kehidupan yang baru yaitu sebagai calon orangtua. Bagaimana
kisah selengkapnya? Langsung cus, ke bioskop kesayangan kalian yah temans!
Pertama,
dibuka degan adegan Dara dan Bima di sekolah, awalnya menurut saya sudah pas
untuk menggambarkan mereka berdua sebagai anak SMA. Tapi kurang menggigit untuk
menceritakan bahwa mereka berdua adalah sepasang kekasih, anak muda yang lagi
mabuk asmara atau dua sejoli yang masih belia dengan cinta yang menggebu-gebu.
Kita hanya bisa tahu bahwa mereka berdua memang adalah sepaasang kekasih ketika
ada pernyataan dari temannya yang bilang “suami
istri” atau “nikahin ajah pak”.
Nah ini menurut saya akan bersambung ketika Dara dan Bima akhirnya memutuskan
untuk nekat tidur bersama. Maksudnya, saya sebagai penonton ingin ada sedikit
cerita yang menggambarkan kalau mereka berdua ini gaya pacarannya memang
“dewasa” sekali sehingga ketika nekat, itu adalah hal yang bisa saja terjadi.
Kedua, jauh
sebelum film ini tayang di bioskop ada beberapa kelompok yang sudah
mengeluarkan statment bahwa film ini
mengajarkan sex bebas. Justru tidak, temans. Film ini mengajarkan hal sebaliknya,
bahwa sex education atau pelajaran
tentang sex adalah hal yang mutlak dan perlu dipelajari dengan baik sehingga
bukan hanya sekedar teori. Film ini menurut saya pribadi, lebih memfokuskan
jalan ceritanya tentang peran orangtua yang menghadapi kenyataan bahwa anaknya
melakukan hubungan yang tidak seharusnya atau belum seharusnya dilakukan di
usia mereka. Sex education tidak
mengajarkan kita tentang tutorial untuk menghasilkan keturunan.
Ketiga, communication is very important
thing! Ini juga yang coba disampaikan oleh Dua Garis Biru
dalam setiap adegan yang melibatkan orangtua Dara dan Bima. Kita sebagai
penonton bisa melihat dengan jelas pola komunikasi yang diterapkan oleh kedua
keluarga ini dalam kehiduapan sehari-hari dan bagaimana hubungan keluarga
mereka dibangun. Ada keluarga yang akrab sekali, setiap hari selalu ngobrol tapi tidak menjamin hubunga
mereka dekat. Di satu sisi, keluarga yang cukup sulit dalam membangun
komunikasi atau orangtua yang tidak terlalu banyak meluangkan waktu untuk duduk
bersama anak.
Keempat, seperti
judulnya film ini bertabur banyak sekali simbol atau tanda. Di postingan
instagram juga sudah saya sampaikan bahwa film ini akan sangat sexy untuk
dikaji atau dianalisis dengan semiotika. Salah satu simbol yang khas dan
beberapa kali muncul dalam film ini adalah buah stroberi. Mulai dari tulisan
stroberi di komputer Dara, adegan ketika Dara meletakkan stroberi di perutnya
sampai dengan jus stroberi. Stroberi dalam film ini bagi saya merupakan sebuah
simbol yang menggambarkan ukuran bayi yang dikandung oleh Dara. Lalu ketika
mereka berdua memutuskan untuk melakukan aborsi, stroberi kembali muncul untuk
dijadikan jus. Potongan adegan yang menggambarkan bagaimana stroberi berubah
menjadi jus dapat diartikan sebagai janin Dara yang akan hancur dan menjadi
darah ketika aborsi dilakukan. Lalu, adegan ketika ayah dari Bima mengucapkan bismillah di jembatan menggambarkan
keluarga mereka termasuk Dara akan memasuki kisah baru dan biasanya ketika akan
memulai perjalanan baru kita harus berdoa dulu. Bismillah cukup untuk menggambarkan hal itu. Selanjutnya, adegan
ketika Dara berdiri di ujung lorong yang gelap. Di depannya ada cahaya, bagi
saya adegan ini (tanda) yang menjelaskan bahwa Dara yang tadinya dianggap
sebagian orang akan memiliki kehidupan yang kelam karena hamil diluar nikah,
ternyata tetap memiliki kesempatan yang sama untuk punya kehidupan yang lebih
baik. Cahaya terang di depan Dara menjelaskan itu, juga untuk menjelaskan bahwa
Dara memasuki kehidupan baru dengan tugas baru sebagai anak, pelajar, istri dan
juga orangtua untuk si bayi. Lalu, jauh sebelum Dara ditampilkan dengan keadaan
hamil besar, ketika pertama kali Dara melakukan tes kehamilan di kamar mandi
dan keluar lalu menyerahkan hasil test
pack kita bisa melihat ada beberapa medali yang digantung di dinding
menjelaskan bahwa Dara adalah anak yang berprestasi. Warna jaket Bima dan Dara
juga bagi saya juga dapat menjelaskan sesuatu. Jaket Bima yang dominan berwarna
biru, menurut saya menggambarkan identitasnya sebagai seorang laki-laki. Belum
ada aturan hitam diatas putih yang menjelaskan bahwa warna biru adalah
laki-laki, tapi dalam kehidupan sehari-hari kita akan sering berjumpa dengan
beberapa bentuk tanda tentang laki-laki yang diberi warna biru. Selanjutnya,
jaket Dara yang berwarna merah juga menggambarkan identitasnya sebagai seorang
perempuan. Warna merah dan biru yang sering digunakan untuk menjelaskan
laki-laki dan perempuan juga tersampaikan dalam dialog Bima “oh laki-laki yah dok, saya kira perempuan.
Soalnya garisnya merah, kalau laki-laki saya kira garisnya biru”. Kira-kira
seperti itu. Ada beberapa thread di
twitter yang menjelaskan tanda yang muncul dalam adegan ini, di youtube juga ada. Tapi yang ku tangkap
sepanjang nonton adalah tanda-tanda diatas ini.
Kelima, ketika
menonton ini dengan teman saya, kami berdua cukup sibuk untuk menerka adegan
mana yang akan mengungkapkan Dara yang hamil. Saya mulai menebak bahwa ketika
Dara makan kerang dan mual maka ini akan berujung ke rumah sakit dan seperti
pada adegan-adegan sinteron “selamat dek,
pacar kamu hamil!”. Ternyata tidak semudah itu Ferguso! Adegannya anti mainstrem, gila! Dara sebagai tokoh
utama yang akhirnya tanpa sengaja menyampaikan bahwa dia hamil. Mau tahu apa
yang Dara bilang? Langsung tonton filmnya. Di adegan ini saya tepuk tangan (oke
lebay) sungguh! Walaupun tidak intens, tapi kalimat yang Dara keluarkan itu
mampu untuk menggemparkan satu sekolah
dan kedua orangtuanya termasuk saya yang ada di kursi penonton! Sebuah statment yang sungguh luar biasa! Salute
Keenam, saya
kurang begitu setuju dengan identitas Bima, yang kita tahu kalau dia adalah
anak dari keluarga yang biasa-biasa saja. Tapi beberapa kali, Bima hadir dengan
warna kulit gelap yang cendrung dipaksakan, maksudnya kita tahu itu hanya
makeup yang dibuat sehingga kesannya kulit Bima jauh lebih gelap dibandingkan
Dara. Tapi, jangan juga dipaksakan gitu. Ada banyak anak dari keluarga yang
biasa saja, tapi kulitnya terang. Tampilkan saja secara alami, sekian. Ada
banyak cara juga untuk menyampaikan Bima adalah anak dari keluarga yang
biasa-biasa saja.
Ketujuh, banyak
sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari film ini. Selain sex education, sikap orangtua, pergaulan
remaja dan sebagainya yang paling penting adalah kesiapan mental dan fisik seorang
ibu. Tidak semua perempuan punya tubuh yang siap untuk hamil, misalnya Dara
yang umurnya masih belia dan hamil. Secara fisik, ia belum siap. Ini semua
tersampaikan dalam kalimat si dokter yang menyatakan bahwa Dara di usia muda,
mengandung dalam keadaan tubuh yang belum siap akhrinya menanggung berat dua
kali lebih berat dari tubuhnya. Inilah sekali lagi pentingnya sex education! Jangan dianggap tabu, please!
Terakhir, film
ini menceritakan fenomena yang terjadi setiap harinya. Bahkan mungkin kita
sendiri sebagai penonton pernah menghadapinya, baik terjadi di lingkungan
tempat kita tinggal, keluarga, teman dekat atau mungkin kita sendiri. Maka dari
itu, untuk menghadapi kejadian seperti ini dibutuhkan dukungan dari semua
pihak. Jika ingin mencegah maka langkah nyata yang dilakukan, jika sudah
terjadi maka dukungan dalam bentuk apa yang harus dilakukan. Bentuk bimbingan
seperti apa yang harus dilakukan.
Benar-benar akhir, film
ini 100 persen recomended! Jalan
cerita yang seru, dialog yang luar biasa, ritme film yang naik turun mampu buat
saya menangis sampai nyaris mata bengkak karena begitu menikmati film ini, cast yang hebat-hebat, konflik yang umum
tapi dikemas dengan baik dan sexy. Luar biasa!
Sukses
terus!
Nah
temans, sekian review dari saya. Semoga kalian suka dengan hasilnya. Jangan
lupa dibaca, komen dan share ke seluruh sosial media yang kamu punya.
Salam
sayang,
Meylisa
Sahan (@akumeylisa)
Thank you meylisa atas reviewnya😄
ReplyDeleteTerima kasih atas kunjungannya :)
Delete